Sabtu, 08 Oktober 2011

Siasat Kaum Pinggiran


Warga desa Pinggan Kec. Bulu merawat ternak sapi miliknya.

Bulu – Pergi merantau atau menjadi kaum boro merupakan sebuah rutinitas warga pelosok pedesaan, ketika musim kemarau panjang menghadang. Tim Liputan R2B mengangkat kisah kebiasaan warga sejumlah desa di kec. Bulu, meninggalkan kampung halaman agar tidak terus terusan menganggur.

Sinar matahari siang itu cukup terik. Kami menyusuri jalan rusak berdebu masuk desa Pinggan Kec. Bulu. Mengamati kawasan perkampungan, jarang ada kaum laki laki bersantai atau berjalan beriringan menuju lahan pertanian, sebagaimana khas nuansa pedesaan.

Widji, salah satu perangkat desa Pinggan mengungkapkan banyak pria di desanya yang pergi merantau ke kalimantan, bekerja sebagai buruh pembersih lahan dan perkebunan sawit, semata mata untuk tetap mendapatkan penghasilan. Warga tak bisa mengandalkan hidup di desa sendiri, karena minimnya kesempatan kerja. Ia mencontohkan puluhan pria di dusun kembang desa Pinggan, belum lama ini berangkat ke luar jawa, nyaris seperti “bedhol desa“. Sekarang yang siaga hanya sekelompok pria berusia diatas 50 tahun, sekaligus bertugas menjaga desa.

Warga Pinggan lainya, Temok mengakui peluang menjadi pekerja musiman selalu diincar, demi menyambung hidup. kalau musim penghujan tiba, biasanya mereka kembali lagi ke desa, untuk menggarap lahan pertanian.

Di desa pinggan, terdapat 470 kepala keluarga, lebih dari 90% bermata pencaharian sebagai petani. Kesulitan menggarap lahan akibat bencana kekeringan, memaksa mereka harus memeras keringat di daerah lain. Hal serupa juga dilakukan warga belasan desa di kab. Rembang.

Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kab. Rembang, Suranto membenarkan peluang kerja di luar jawa lebih terbuka, salah satunya di sektor perkebunan kelapa sawit. Kesempatan tersebut selalu ada setiap tahun, sehingga bisa mengurangi angka pengangguran.


Tidak ada komentar: